After a very long weekend, libur lumayan panjang, dari hari kamis hingga sabtu. Memang enak buat pulang mudik. Aku lalui mudik dengan kenekatan. Yeahh..kenekatan karena tanpa pesan tiket sebelumnya, aku langsung ke Terminal Bus Rawamangun, nekat membeli tiket bus seadanya.
Di terminal itu, (mungkin karena long weekend) karcis-karcis bis sudah banyak yang habis --- alias fully booked --- entah berapa lama mereka memesan sebelumnya. Akhirnya aku dapat bis Bintang Permata Bunda, yang ternyata, setelah aku lihat hanyalah bis engkel baru, berfasilitas AC dan TV, non toilet, yang jarak antar tempat duduknya wuihh...sesak mbokkk... Yah apa boleh buat, hanya itu yang tersisa. Tiket bus yang lain, yang sudah punya good will yang oke sudah pada habis semua. Iseng-iseng aku liat harga tiket yang ditawarkan agen, entah itu harga resmi dari pengelola bis, atau harga agen, yang jelas telah ada kenaikan yang tinggi. Mungkin juga permainan agen dan calo tiket untuk mendapatkan keuntungan di long weekend. yah inilah negaraku. Di mana ada kesempatan, disitu bisa dibuat uang--oleh orang yang mempunyai kesempatan itu tentunya.
Di bis yang penuh sesak, aku bersampingan dengan seorang ibu yang pergi dengan ankanya, mo nengok anaknya yang kuliah "katanya lho". Kasian ibu dan anak itu (abg sih, cowok lagi, aku sih gak berminat, aku bukan hombreng lho). Kasiannya begini, ibu itu beli 2 tiket, satu untuknya, dan satu untuk anaknya. Padahal tempat duduk di bis sudah habis, tetapi kata agennya akan diberi bangku tempel, alias bangku tambahan yang ditaruh di gang tempat duduk bis. Waktu berangkat, ibu itu sudah minta bangkunya, tetapi dijawab nanti di jalan... tapi dijawab lagi nanti dilampung ada yang turun. Tetapi...ditunggu terus hingga lampung..hingga masuk Ogan komering ilir, ternyata tidak ada yang turun juga. Anak itu pun duduk digang sambil bersandar pada kaki ibunya yang duduknya memang tusuk sate dengan gang. Kasian, hingga tempat turunnya di Indralaya, tetap begitu. Kasian. Inilah janji kosong agen bus yang mencelakakan penumpang. Pihak sopir dan kru pun gak bisa apa-apa karena itu ulah agennya.
Cerita dari ibu yang lain lagi, sudah pesan tiket di Giri Indah (kalo gak salah), sudah dapat nomor kursi, tetapi ternyata sudah dijual ke orang lain oleh agennya. Mungkin karena tidak memberikan DP, atau mungkin masih pake harga lama kali.
Pengalaman lain yang tak kalah penting adalah jam karet dua orang penumpang, yang karena kurang koordinasi menyebabkan bis terlabat berangkat. Sebenarnya orangnya sudah nunggu di dekat bis, tetapi tidak lapor, jadi ditunggu-tunggu hingga menjengkelkan penumpang lain (termasuk aku tentunya.
Yang mengenaskan adalah istirahat makan malam. Di bis, waktu berhenti di Merak, memang banyak yang menawarkan makanan tetapi bukan di rumah makan. Sampai di Bakauheni entah jam berapa, bis langsung berjalan terus hingga malam. Di tengah malam, sekitar jam satu kuang dikit, seseorang teriak "Pak Sopir, kapan kita makan?", rupanya cacing-cacing diperut orang itu sudah tidak tahan berpuasa dari siang. Sopir berkata, " nanti di Gadang ..." entah ngomong apa gak jelas, karena aku di belakang. Ternyata yang dimaksud adalah rumah makan Gadang XX. Yang tak habis pikir adalah kenapa harus di rumah makan itu padahal rumah makan lain yang dilewati banyak. Kata orang-orang sih, mungkin seperti dirumah makan tertentu memberi"makan" gratis bagi kru bis soalnya membawa pembeli ke rumah makannya, dan tentunya penumpang yang membeli di situ diberi harga yang FANTASTIS mahalnya, tanpa kejelasan harga terpampang. Yah, rumah makan padang memang begitu. MAHAL tanpa kejelasan harga. Harga hanya diberi corat-coret di kertas, tetapi tak terpampang sehingga pembeli dapat memilah dan memilih sesuai koceknya.
Kondisi jalan bandar jaya-oki, entah pada km berapa saja sangat buruk. berkali-kali harus membenarkan barang-barang di atas`dan belakang agar tidak jatuh di kepala.
Bapak-bapak "oknum" polisi dan dishub yang sering minta tebusan (mungkin karena spion pecah waktu nyalip truk). Yah biasalah, "oknum" peminta-minta berseragam memang sudah sering disorot dimedia jadi tidak membuat heran lagi di Indonesia.
Mudik memang berkesan, apalagi ke tempat Camer..he..he..he
Minggu, 23 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar