Ahad,23 April 2008 kemarin, saatnya balik after mudik long weekend. Tiket sudah dibeli hari sebelumnya, langsung dari agen Lorena di Km.9 Palembang(kalo gak salah). Tiket diagen cuma 170.000. Bayangkan !!! bandingkan dengan list di agen Rawamangun yang mencapai 200.000, beda jauh kan?... Yah itulah perilaku agen yang membedakan off peak dan tidak. Memang repot, sekali lagi : kesempatan , kesempatan , kesempatan.
Berangkat pukul 15.00 (kurang lebih sih), berangkat muter dulu ke km ntah berapa (lebih dari 10 kayaknya) ke agen lorena yang lain, biasa, ambil penumpang lagi. cukup cepat sih, gak lama, terus ke terminal Karya Jaya. Terminal ini kayaknya terminal paling sepi untuk ukuran ibu kota propinsi dan katanya termasuk yang rawan. (pesan orang-orang hati-hati kalau diterminal ini. Di lihat dari kondisinya memang sepi sekali, banyak ruko di situ, tetapi sekali lagi SEPI banyak yang tutup, tidak ditempati mungkin sekitar 99%. mungkin orang berpikir keamanan dan prospek bisnis yang buruk di tempat itu. padahal, dikota-kota lain yang "aman", bahkan dikota kecil pun, terminal merupakan ladang empuk untuk bisnis. Memang, resiko bisnis bukan hanya ekonomi global dan regional, tetapi juga "image" suatu tempat. Jadi ingat pelajaran penilaian properti, untuk menilai suatu properti harus melihat 3 hal penting, yaitu "LOKASI,..LOKASI,..dan LOKASI". Pantas saja orang tidak berinvestasi di terminal tersebut, karena lokasinya yang rawan.
Bis ambil penumpang lagi. di sana, waktu menunggu cukup lama, cukup banyak pedagang asongan yang menawarkan kemplang, krupuk khas palembang yang harganya hampir 2 x lipat dari harga normal di pasar (kalau tidak canggih nawar lho). Kalau dihubungkan dengan ilmu penilaian properti lagi, metode perbandingan harga memang cocok untuk meningkatkan keahlian menawar. Tetapi, sekali lagi, faktor ketidakseimbangan informasi pasar, karena penumpang tidak tahu harga yang layak, membuat para pedagang asongan dengan enaknya membuat "konspirasi" mementukan harga secara oligopoli di terminal tersebut. Tetapi masih bisa ditawar juga sih. Selain itu faktor waktu transaksi yang pendek dan keterdesakan penumpang yang belum membawa oleh-oleh dijadikan kesempatan penting para penjualnya.
Yang mengesankan adalah tingkah polah pengamen di bis. Pengamennya cuma satu, tetapi tingkahnya itu yang menjengkelkan. Aku sih tidak terlalu tahu soalnya lagi tidur ayam, cuma merem doang. Tapi tiba-tiba terbangun saat ada ribut-ribut di bis, aku lihat dibelakang, kayaknya ada penumpang yang mau berkelahi dengan pengamen itu tapi berhasil dipisah. Entah masalahnya apa. Tetapi dari kabar yang kudengar, pengamen itu memang kurang ajar, kata seorang penumpang cewek, pengamen itu jahil, mencolak-coleknya untuk meminta uang. Memang kurang ajar.
Di Indralaya, bis menaikkan penumpang lagi. Di sana ada pengamen masuk lagi. Tetapi berbeda dengan yang di terminal tadi, pengamen ini agak ramah, gak kurang ajar. Nyanyian dan musiknya pun agak enak didengar. Memang, tiap orang , walaupun profesinya sama, tetapi perilakunya bisa berbeda. Istilah baratnya kalo difilm-film ada good cop and bad cop. Di Indonesia juga banyak seperti itu.
Dari Indralaya, bus melaju dan istirahat di RM Pagi Sore. Tidak usah diceritakan kondisi rumah makan padang, lihat ajaposting sebelumnya.
Bis melaju terus hingga Ogan Komering Ilir. Di dekat simpangan ke arah Martapura, bis berhenti di penjual-penjual duku. Lumayan buat oleh-oleh. Boleh cicip juga. lumayan lama di situ, tetapi harga masih terhitung mahal 7000/kg. Soalnya tahun ini buahnya cuma sedikit. Yah, sesuai hukum ekonomi, permintaan dan penawaran lah. Setelah itu, bis ngebut hingga di Lampung.
Di Lampung, bis berhenti di Begadang IV kalau gak salah. Di sini suasananya agak enak . Tidak perlu bayar kalau ke toilet. Bersih lagi. Aku sih gak makan. Cuma sholat saja.
Berikutnya berhenti sebentar, kontrol lagi padahal masih di Lampung. Cepat sih. Terus melaju ke Bakauheni. Di sini yang nggak nyaman. Lagi-lagi nunggu kapal yang mau mengangkut. ANTRIIIIII....
Di kapal "lupa namanya" sangat tidak enak. Kamar mandi dan WC-nya sangat tidak manusiawi. cuma 2 ruang wc untuk cowok (nggak tau yang cewek berapa, takut dikira ngintip sih) Nggak sebanding dengan kapasitas penumpang. Pintu rusak, air seadanya. Harus angkut air dari tong ke bak dulu kalau mau pakai. WC juga gak bisa turun airnya. NGENESSS... Dari pengalaman berkali-kali naik kapal Merak-Bakauheni PP, kapal THE BEST yang pernah aku naiki adalah KAPAL MENTARI NUSANTARA. Kondisinya beda jauh dengan yang kemarin aku naiki. Bagus, enak, tempat duduk nyaman, kamar mandi banyak, air ngalir, ruangan berAC nggak mbayar. Pokoknya Siiip lah. Viva untuk pemilik dan krunya--- KAPAL MENTARI NUSANTARA MEMANG THE BEST LAH. -- promosi dikit lah.
Habis dari Merak, terus ke Tangerang. Lumayan macet, banyak penumpang yang turun, termasuk yang bikin jengkel sopir. Penumpang mau turun, tetapi barang-barang bawaan tidak dipersiapkan untuk turun dulu. Sopir takut kalo kena tilang polisi. Maklum tanggal tua, banyak "oknum" yang cari penghasilan tambahan. Bukan rahasia lagi di Republik ini.
Akhirnya, sampai di Kalideres aku turun dari Lorena langsung naik bus transjakarta pakai jalur busway. Cepat dan relatif murah dibandingkan naik bis kota biasa yang macet. Ada gunanya juga ya. Terus lanjut ke kos, mandi sebentar, terus ngantor... Walau telat sih.
So, hikmahnya apa saja :
- Tidak semua orang yang sama profesinya mempunyai perilaku yang sama
- Too much control spend too much time (lihat kontrol bis)
- Kesempatan yang ada jangan disia-siakan tetapi jangan menggunakannya secara berlebihan.
Ingat, lihat blog saya yang lain investasi syariah
Senin, 24 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Lama amat mas mudiknya, satu bulan lebih ya? mentang2 mudik ke calon mertua mudik dari maret sampai april.hahaha
Posting Komentar