Menanti atau menunggu merupakan hal yang mungkin paling tidak disenangi oleh semua orang. Ya, menunggu, apalagi tanpa kepastian kapan datangnya yang ditunggu. Begitu juga aku, lama menunggu sesuatu yang ditunggu. Tetapi di sinilah hikmah dan kesabaran ditunjukkan melalui kuasa Ilahi.
Alkisah, dulu pada waktu kuliah S1 di UGM, statusku adalah Pegawai Tugas Belajar. Setelah lulus dan menyandang gelar S1, kami (pegawai tugas belajar) diperbantukan di kantor pusat instansi X di Jakarta. Sangat berbeda dengan lulusan sebelumnya yang langsung kembali ke unit organisasi sebelumnya. Di Jakarta, biaya hidup yang tinggi (dibandingkan di Jogja dulu) membuat beberapa dari kami kelabakan, apalagi yang sudah punya keluarga. Harus menghidupi dua dapur sekaligus. Sebagai pegawai diperbantukan, kami diberikan tugas melaksanakan suatu proyek penilaian beberapa aset, dibagi untuk beberapa kelompok. Memang itulah profesi dan penerapan ilmu kami.
Selama pengerjaan proyek tersebut, kami menunggu kejelasan status kepegawaian kami. Soalnya tidak enak menyandang predikat pegawai diperbantukan. Mungkin sekitar enam bulan lamanya kami berstatus demikian, keluarlah SK 3a kami dan walaupun status kami di bagian (SDM), tetapi kami masih ditempatkan di Direktorat Y. Berikutnya, sekitar 6 bulan kemudian keluarlah SK jabatan kami. Yah, sebuah jabatan yang tidak favorit (dulu) karena susah mendapatkan angka kredit sehingga susah naik pangkat. Realisasi Janji-janji atasan bahwa akan segera ada penempatan ulang ditunggu terus hingga lama tanpa kepastian.
Akhirnya, ada kesempatan untuk pergi dari Jakarta, yaitu mengikuti tugas belajar S2. Lumayan, beasiswa gratis dari kantor. Ada beberapa program studi di beberapa universitas yang ditawarkan. Aku dan beberapa temanku memilih UGM lagi. Beberapa pertimbangan seperti dekat dengan keluarga dan biaya hidup murah merupakan pertimbangan utama. Walaupun ada kepastian bahwa kenaikan tunjangan tahun depan yang fantastis, tidak menyurutkan keinginan kami untuk melaju. Yah, lebih baik mencari yang pasti dari pada tidak pasti. Belum tentu juga penempatan ulang tetap di daerah yang diinginkan.
Nah inilah hikmahnya kerja di kantor pusat di Jakarta. Persyaratan masuk beasiswa S2 lumayan susah untuk yang di daerah. Bagaimana tidak, syarat nilai TOEFL Institusional, yang tesnya hanya ada di Kota-kota besar tentu menyulitkan bagi yang kerja di kota-kota kecil. Belum lagi syarat rekomendasi dari Eselon 2, yang notabene kalo di daerah, hanya bisa oleh kanwil, padahal kan susah transport, waktu, dan tenaga untuk mengurus itu. Dan yang paling susah lagi adalah jangka waktu pendaftaran yang pendek, sangat mepet. Kami yang di Jakarta saja harus melobi penyelengara ujian TOEFL dengan batasan peserta. Untung temen-temen dapat mencapai kuota peserta. Kalau untuk rekomendasi eselon 2, bukan masalah bagi kami, soalnya ada di kantor yang sama.
Hasil dari mepetnya waktu tersebut mungkin berdampak pada jumlah peserta seleksi. Hanya sedikit yang ikut. Di prodi yang kupilih, hanya 12 orang yang mendaftar, padahal yang dibutuhkan sekitar 10-15 orang. Dan akhirnya, semuanya masuk S2. Yah, itulah hasil dari kesabaran. Mungkin jika kami tidak sabar dan telah keluar SK penempatan sebelumnya, belum tentu bisa ikut S2 ini.
Setelah lulus S2 pun, kami masih magang dengan status pegawi tugas belajar dengan tunjangan yang belum penuh. Masih menunggu SK yang katanya hari ini keluar. Semoga saja penempatannya sesuai yang diharapkan.
Hikmah :
- apa yang baik bagimu belum tentu baik menurut Allah, dan apa yang buruk menurutmu belum tentu buruk menurut Allah
- kesabaran itu susah untuk didapatkan tetapi dibalik kesabaran selalu ada hikmah yang terpendam
- Hidup ini selalu dihadapkan oleh pilihan. Tiap pilihan mempunyai manfaat dan resiko masing-masing. Kadang ada juga manfaat dan resiko yang tidak diduga sebelumnya.
Selasa, 25 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar