Selasa, 25 Maret 2008

Situs Porno vs Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-undang ITE, yang baru disahkan merupakan UU cyber pertama di Indonesia. Maklum, Indonesia memang begitu, UU harus dibincangkan lama dulu baru disahkan. Padahal kondisi cyber di Indonesia sudah lama ada. Peraturan sering terlambat mengantisipasi perkembangan teknologi yang terlalu cepat. Susahnya juga, bagaimana nanti penerapannya. Sudah banyak contoh kasus hukum tidak dijalankan dengan benar. Coba saja tengok peraturan dilarang merokok di tempat umum di kota Jakarta. Hampir tidak ada berita ada yang kena sanksi. padahal banyak yang melanggar. Salah siapa? aparat ? pelaku ? peraturan ?. Dari pada susah-susah cari kambing hitam, mending dilihat saja kapasitas dan kapabilitas pihak-pihak yang terlibat dalam peraturan.

UU ITE, dengan peraturan yang "menggiurkan" termasuk sanksi yang "mendebarkan hati" memang sepertinya bagus, tetapi harus dilihat juga bagaimana dan siapa yang bertanggung jawab mengawal penerapan UU ini. Coba dibandingkan dulu kapasitas dan kapabilitas pihak-pihak yang terkait. Perbandingan ini hanya sekedar opini lho :

1. Kemampuan aparat (orang yang menegakkan hukum) vs kemampuan "keparat" (orang yang melanggar)
- aparat harus ahli IT -> bagaimana dengan kondisi di Indonesia?
- "keparat" sudah banyak programmer, webmaster dan hacker jahat di Indonesia (coba lihat sudah berapa banyak virus lokal yang canggih)

- Teknologi aparat harus oke sekali
- "Keparat" lebih lihai memanfaatkan teknologi yang ada. Lihat saja bagaimana pembajakan software yang banyak terjadi di Indonesia

2. Kondisi ekonomi aparat vs "keparat"
- aparat mempunyai daftar gaji tertentu -> hati-hati ada oknum yang korupsi
- "keparat" dapat hasil dari iklan disitusnya, menjebol kartu kredit, dll
Jika penghasilan aparat lebih kecil dari pada penghasilan "keparat" maka harus diperhatikan kemampuan kong-kalikong-nya.

3. Moral aparat vs "keparat"
- aparat harus mempunyai moral yang tinggi -> bagaimana kondisi di Indonesia? kayaknya sih banyak juga yang suka lihat situs XXX
- "keparat" moralnya tidak usah diragukan lagi, pasti "bejat"

Apa lagi ya? silahkan tambahkan ke komentar ya

Hikmah suatu penantian

Menanti atau menunggu merupakan hal yang mungkin paling tidak disenangi oleh semua orang. Ya, menunggu, apalagi tanpa kepastian kapan datangnya yang ditunggu. Begitu juga aku, lama menunggu sesuatu yang ditunggu. Tetapi di sinilah hikmah dan kesabaran ditunjukkan melalui kuasa Ilahi.
Alkisah, dulu pada waktu kuliah S1 di UGM, statusku adalah Pegawai Tugas Belajar. Setelah lulus dan menyandang gelar S1, kami (pegawai tugas belajar) diperbantukan di kantor pusat instansi X di Jakarta. Sangat berbeda dengan lulusan sebelumnya yang langsung kembali ke unit organisasi sebelumnya. Di Jakarta, biaya hidup yang tinggi (dibandingkan di Jogja dulu) membuat beberapa dari kami kelabakan, apalagi yang sudah punya keluarga. Harus menghidupi dua dapur sekaligus. Sebagai pegawai diperbantukan, kami diberikan tugas melaksanakan suatu proyek penilaian beberapa aset, dibagi untuk beberapa kelompok. Memang itulah profesi dan penerapan ilmu kami.
Selama pengerjaan proyek tersebut, kami menunggu kejelasan status kepegawaian kami. Soalnya tidak enak menyandang predikat pegawai diperbantukan. Mungkin sekitar enam bulan lamanya kami berstatus demikian, keluarlah SK 3a kami dan walaupun status kami di bagian (SDM), tetapi kami masih ditempatkan di Direktorat Y. Berikutnya, sekitar 6 bulan kemudian keluarlah SK jabatan kami. Yah, sebuah jabatan yang tidak favorit (dulu) karena susah mendapatkan angka kredit sehingga susah naik pangkat. Realisasi Janji-janji atasan bahwa akan segera ada penempatan ulang ditunggu terus hingga lama tanpa kepastian.
Akhirnya, ada kesempatan untuk pergi dari Jakarta, yaitu mengikuti tugas belajar S2. Lumayan, beasiswa gratis dari kantor. Ada beberapa program studi di beberapa universitas yang ditawarkan. Aku dan beberapa temanku memilih UGM lagi. Beberapa pertimbangan seperti dekat dengan keluarga dan biaya hidup murah merupakan pertimbangan utama. Walaupun ada kepastian bahwa kenaikan tunjangan tahun depan yang fantastis, tidak menyurutkan keinginan kami untuk melaju. Yah, lebih baik mencari yang pasti dari pada tidak pasti. Belum tentu juga penempatan ulang tetap di daerah yang diinginkan.
Nah inilah hikmahnya kerja di kantor pusat di Jakarta. Persyaratan masuk beasiswa S2 lumayan susah untuk yang di daerah. Bagaimana tidak, syarat nilai TOEFL Institusional, yang tesnya hanya ada di Kota-kota besar tentu menyulitkan bagi yang kerja di kota-kota kecil. Belum lagi syarat rekomendasi dari Eselon 2, yang notabene kalo di daerah, hanya bisa oleh kanwil, padahal kan susah transport, waktu, dan tenaga untuk mengurus itu. Dan yang paling susah lagi adalah jangka waktu pendaftaran yang pendek, sangat mepet. Kami yang di Jakarta saja harus melobi penyelengara ujian TOEFL dengan batasan peserta. Untung temen-temen dapat mencapai kuota peserta. Kalau untuk rekomendasi eselon 2, bukan masalah bagi kami, soalnya ada di kantor yang sama.
Hasil dari mepetnya waktu tersebut mungkin berdampak pada jumlah peserta seleksi. Hanya sedikit yang ikut. Di prodi yang kupilih, hanya 12 orang yang mendaftar, padahal yang dibutuhkan sekitar 10-15 orang. Dan akhirnya, semuanya masuk S2. Yah, itulah hasil dari kesabaran. Mungkin jika kami tidak sabar dan telah keluar SK penempatan sebelumnya, belum tentu bisa ikut S2 ini.
Setelah lulus S2 pun, kami masih magang dengan status pegawi tugas belajar dengan tunjangan yang belum penuh. Masih menunggu SK yang katanya hari ini keluar. Semoga saja penempatannya sesuai yang diharapkan.

Hikmah :
- apa yang baik bagimu belum tentu baik menurut Allah, dan apa yang buruk menurutmu belum tentu buruk menurut Allah
- kesabaran itu susah untuk didapatkan tetapi dibalik kesabaran selalu ada hikmah yang terpendam
- Hidup ini selalu dihadapkan oleh pilihan. Tiap pilihan mempunyai manfaat dan resiko masing-masing. Kadang ada juga manfaat dan resiko yang tidak diduga sebelumnya.

Senin, 24 Maret 2008

Hikmah - Pengalaman - Mudik 2

Ahad,23 April 2008 kemarin, saatnya balik after mudik long weekend. Tiket sudah dibeli hari sebelumnya, langsung dari agen Lorena di Km.9 Palembang(kalo gak salah). Tiket diagen cuma 170.000. Bayangkan !!! bandingkan dengan list di agen Rawamangun yang mencapai 200.000, beda jauh kan?... Yah itulah perilaku agen yang membedakan off peak dan tidak. Memang repot, sekali lagi : kesempatan , kesempatan , kesempatan.

Berangkat pukul 15.00 (kurang lebih sih), berangkat muter dulu ke km ntah berapa (lebih dari 10 kayaknya) ke agen lorena yang lain, biasa, ambil penumpang lagi. cukup cepat sih, gak lama, terus ke terminal Karya Jaya. Terminal ini kayaknya terminal paling sepi untuk ukuran ibu kota propinsi dan katanya termasuk yang rawan. (pesan orang-orang hati-hati kalau diterminal ini. Di lihat dari kondisinya memang sepi sekali, banyak ruko di situ, tetapi sekali lagi SEPI banyak yang tutup, tidak ditempati mungkin sekitar 99%. mungkin orang berpikir keamanan dan prospek bisnis yang buruk di tempat itu. padahal, dikota-kota lain yang "aman", bahkan dikota kecil pun, terminal merupakan ladang empuk untuk bisnis. Memang, resiko bisnis bukan hanya ekonomi global dan regional, tetapi juga "image" suatu tempat. Jadi ingat pelajaran penilaian properti, untuk menilai suatu properti harus melihat 3 hal penting, yaitu "LOKASI,..LOKASI,..dan LOKASI". Pantas saja orang tidak berinvestasi di terminal tersebut, karena lokasinya yang rawan.

Bis ambil penumpang lagi. di sana, waktu menunggu cukup lama, cukup banyak pedagang asongan yang menawarkan kemplang, krupuk khas palembang yang harganya hampir 2 x lipat dari harga normal di pasar (kalau tidak canggih nawar lho). Kalau dihubungkan dengan ilmu penilaian properti lagi, metode perbandingan harga memang cocok untuk meningkatkan keahlian menawar. Tetapi, sekali lagi, faktor ketidakseimbangan informasi pasar, karena penumpang tidak tahu harga yang layak, membuat para pedagang asongan dengan enaknya membuat "konspirasi" mementukan harga secara oligopoli di terminal tersebut. Tetapi masih bisa ditawar juga sih. Selain itu faktor waktu transaksi yang pendek dan keterdesakan penumpang yang belum membawa oleh-oleh dijadikan kesempatan penting para penjualnya.

Yang mengesankan adalah tingkah polah pengamen di bis. Pengamennya cuma satu, tetapi tingkahnya itu yang menjengkelkan. Aku sih tidak terlalu tahu soalnya lagi tidur ayam, cuma merem doang. Tapi tiba-tiba terbangun saat ada ribut-ribut di bis, aku lihat dibelakang, kayaknya ada penumpang yang mau berkelahi dengan pengamen itu tapi berhasil dipisah. Entah masalahnya apa. Tetapi dari kabar yang kudengar, pengamen itu memang kurang ajar, kata seorang penumpang cewek, pengamen itu jahil, mencolak-coleknya untuk meminta uang. Memang kurang ajar.

Di Indralaya, bis menaikkan penumpang lagi. Di sana ada pengamen masuk lagi. Tetapi berbeda dengan yang di terminal tadi, pengamen ini agak ramah, gak kurang ajar. Nyanyian dan musiknya pun agak enak didengar. Memang, tiap orang , walaupun profesinya sama, tetapi perilakunya bisa berbeda. Istilah baratnya kalo difilm-film ada good cop and bad cop. Di Indonesia juga banyak seperti itu.

Dari Indralaya, bus melaju dan istirahat di RM Pagi Sore. Tidak usah diceritakan kondisi rumah makan padang, lihat ajaposting sebelumnya.

Bis melaju terus hingga Ogan Komering Ilir. Di dekat simpangan ke arah Martapura, bis berhenti di penjual-penjual duku. Lumayan buat oleh-oleh. Boleh cicip juga. lumayan lama di situ, tetapi harga masih terhitung mahal 7000/kg. Soalnya tahun ini buahnya cuma sedikit. Yah, sesuai hukum ekonomi, permintaan dan penawaran lah. Setelah itu, bis ngebut hingga di Lampung.

Di Lampung, bis berhenti di Begadang IV kalau gak salah. Di sini suasananya agak enak . Tidak perlu bayar kalau ke toilet. Bersih lagi. Aku sih gak makan. Cuma sholat saja.

Berikutnya berhenti sebentar, kontrol lagi padahal masih di Lampung. Cepat sih. Terus melaju ke Bakauheni. Di sini yang nggak nyaman. Lagi-lagi nunggu kapal yang mau mengangkut. ANTRIIIIII....

Di kapal "lupa namanya" sangat tidak enak. Kamar mandi dan WC-nya sangat tidak manusiawi. cuma 2 ruang wc untuk cowok (nggak tau yang cewek berapa, takut dikira ngintip sih) Nggak sebanding dengan kapasitas penumpang. Pintu rusak, air seadanya. Harus angkut air dari tong ke bak dulu kalau mau pakai. WC juga gak bisa turun airnya. NGENESSS... Dari pengalaman berkali-kali naik kapal Merak-Bakauheni PP, kapal THE BEST yang pernah aku naiki adalah KAPAL MENTARI NUSANTARA. Kondisinya beda jauh dengan yang kemarin aku naiki. Bagus, enak, tempat duduk nyaman, kamar mandi banyak, air ngalir, ruangan berAC nggak mbayar. Pokoknya Siiip lah. Viva untuk pemilik dan krunya--- KAPAL MENTARI NUSANTARA MEMANG THE BEST LAH. -- promosi dikit lah.

Habis dari Merak, terus ke Tangerang. Lumayan macet, banyak penumpang yang turun, termasuk yang bikin jengkel sopir. Penumpang mau turun, tetapi barang-barang bawaan tidak dipersiapkan untuk turun dulu. Sopir takut kalo kena tilang polisi. Maklum tanggal tua, banyak "oknum" yang cari penghasilan tambahan. Bukan rahasia lagi di Republik ini.

Akhirnya, sampai di Kalideres aku turun dari Lorena langsung naik bus transjakarta pakai jalur busway. Cepat dan relatif murah dibandingkan naik bis kota biasa yang macet. Ada gunanya juga ya. Terus lanjut ke kos, mandi sebentar, terus ngantor... Walau telat sih.


So, hikmahnya apa saja :
- Tidak semua orang yang sama profesinya mempunyai perilaku yang sama
- Too much control spend too much time (lihat kontrol bis)
- Kesempatan yang ada jangan disia-siakan tetapi jangan menggunakannya secara berlebihan.

Ingat, lihat blog saya yang lain investasi syariah

Minggu, 23 Maret 2008

Hikmah - Pengalaman - Mudik

After a very long weekend, libur lumayan panjang, dari hari kamis hingga sabtu. Memang enak buat pulang mudik. Aku lalui mudik dengan kenekatan. Yeahh..kenekatan karena tanpa pesan tiket sebelumnya, aku langsung ke Terminal Bus Rawamangun, nekat membeli tiket bus seadanya.

Di terminal itu, (mungkin karena long weekend) karcis-karcis bis sudah banyak yang habis --- alias fully booked --- entah berapa lama mereka memesan sebelumnya. Akhirnya aku dapat bis Bintang Permata Bunda, yang ternyata, setelah aku lihat hanyalah bis engkel baru, berfasilitas AC dan TV, non toilet, yang jarak antar tempat duduknya wuihh...sesak mbokkk... Yah apa boleh buat, hanya itu yang tersisa. Tiket bus yang lain, yang sudah punya good will yang oke sudah pada habis semua. Iseng-iseng aku liat harga tiket yang ditawarkan agen, entah itu harga resmi dari pengelola bis, atau harga agen, yang jelas telah ada kenaikan yang tinggi. Mungkin juga permainan agen dan calo tiket untuk mendapatkan keuntungan di long weekend. yah inilah negaraku. Di mana ada kesempatan, disitu bisa dibuat uang--oleh orang yang mempunyai kesempatan itu tentunya.

Di bis yang penuh sesak, aku bersampingan dengan seorang ibu yang pergi dengan ankanya, mo nengok anaknya yang kuliah "katanya lho". Kasian ibu dan anak itu (abg sih, cowok lagi, aku sih gak berminat, aku bukan hombreng lho). Kasiannya begini, ibu itu beli 2 tiket, satu untuknya, dan satu untuk anaknya. Padahal tempat duduk di bis sudah habis, tetapi kata agennya akan diberi bangku tempel, alias bangku tambahan yang ditaruh di gang tempat duduk bis. Waktu berangkat, ibu itu sudah minta bangkunya, tetapi dijawab nanti di jalan... tapi dijawab lagi nanti dilampung ada yang turun. Tetapi...ditunggu terus hingga lampung..hingga masuk Ogan komering ilir, ternyata tidak ada yang turun juga. Anak itu pun duduk digang sambil bersandar pada kaki ibunya yang duduknya memang tusuk sate dengan gang. Kasian, hingga tempat turunnya di Indralaya, tetap begitu. Kasian. Inilah janji kosong agen bus yang mencelakakan penumpang. Pihak sopir dan kru pun gak bisa apa-apa karena itu ulah agennya.

Cerita dari ibu yang lain lagi, sudah pesan tiket di Giri Indah (kalo gak salah), sudah dapat nomor kursi, tetapi ternyata sudah dijual ke orang lain oleh agennya. Mungkin karena tidak memberikan DP, atau mungkin masih pake harga lama kali.

Pengalaman lain yang tak kalah penting adalah jam karet dua orang penumpang, yang karena kurang koordinasi menyebabkan bis terlabat berangkat. Sebenarnya orangnya sudah nunggu di dekat bis, tetapi tidak lapor, jadi ditunggu-tunggu hingga menjengkelkan penumpang lain (termasuk aku tentunya.

Yang mengenaskan adalah istirahat makan malam. Di bis, waktu berhenti di Merak, memang banyak yang menawarkan makanan tetapi bukan di rumah makan. Sampai di Bakauheni entah jam berapa, bis langsung berjalan terus hingga malam. Di tengah malam, sekitar jam satu kuang dikit, seseorang teriak "Pak Sopir, kapan kita makan?", rupanya cacing-cacing diperut orang itu sudah tidak tahan berpuasa dari siang. Sopir berkata, " nanti di Gadang ..." entah ngomong apa gak jelas, karena aku di belakang. Ternyata yang dimaksud adalah rumah makan Gadang XX. Yang tak habis pikir adalah kenapa harus di rumah makan itu padahal rumah makan lain yang dilewati banyak. Kata orang-orang sih, mungkin seperti dirumah makan tertentu memberi"makan" gratis bagi kru bis soalnya membawa pembeli ke rumah makannya, dan tentunya penumpang yang membeli di situ diberi harga yang FANTASTIS mahalnya, tanpa kejelasan harga terpampang. Yah, rumah makan padang memang begitu. MAHAL tanpa kejelasan harga. Harga hanya diberi corat-coret di kertas, tetapi tak terpampang sehingga pembeli dapat memilah dan memilih sesuai koceknya.

Kondisi jalan bandar jaya-oki, entah pada km berapa saja sangat buruk. berkali-kali harus membenarkan barang-barang di atas`dan belakang agar tidak jatuh di kepala.
Bapak-bapak "oknum" polisi dan dishub yang sering minta tebusan (mungkin karena spion pecah waktu nyalip truk). Yah biasalah, "oknum" peminta-minta berseragam memang sudah sering disorot dimedia jadi tidak membuat heran lagi di Indonesia.

Mudik memang berkesan, apalagi ke tempat Camer..he..he..he